Kiat memaksimalkan hobby & profesi photography in global pandemic
Banyak professional photographer yang merasakan dampak yang sangat serius terhadap profesi mereka, khususnya yang 99 persen hidupnya sudah didedikasikan untuk photography. Mereka sudah lumayan lama menjadikan hobi "menangkap cahaya" sebagai pekerjaan atau lebih tepatnya bisnis. Yang masih bertahan dari "tukang foto" adalah journalist photographers yang digaji oleh media tempat mereka bekerja. Mereka bisa bertahan karena setiap jepretan mereka juga akan diupload di media berita online selain yang dicetak, meskipun pelanggan koran dan majalah sudah semakin berkurang.
Para photographer yang biasa menerima order untuk foto prewedding, resepsi pernikahan, pembuatan company profile, dan kegiatan seperti berbagai event yang diselenggarakan perusahaan swasta maupun pemerintah semakin berkurang. Banyak acara seperti itu sudah dilakukan dengan menggunakan teknologi video conference seperti Google Meet dan Zoom Meeting. Semua ini terjadi karena pandemi global atau virus Corona, yang kini sudah ada varian baru yang awalnya ditemukan di Inggris dan Afrika Selatan.
Photographer yang mungkin masih bisa bernafas lega adalah kalau sebelum ada virus Corona juga memiliki pekerjaan lain atau bisnis yang berbeda dengan profesi di bidang seni cahaya ini. Mereka mungkin adalah para pegawai kantoran yang menekuni photography di saat cuti, liburan atau di saat weekend.
Mereka siap menerima "job" sebagai photographer di "waktu senggang" atau libur. Mereka lakukan ini bukan karena disengaja, melainkan karena persaingan di dunia ini memang sangat ketat seperti profesi seni lainnya.
Seperti halnya para pelukis, aktor film atau penari, di dunia photography juga ada photographer yang berjiwa nyentrik. Mereka "berani" menolak client kalau jiwa seni mereka terlalu diatur-atur oleh calon client ketika mereka meeting untuk membahas suatu project. Ada semacam idealisme yang tidak mau dikompromikan begitu saja.
Lalu, apa yang harus dilakukan kalau masa pandemi ini masih akan lama?
Kalau para photographer masih ingat dengan photo stocks atau file yang tersimpan di hardisk, maka "simpanan" itu adalah tambang berlian yang bisa dimaksimalkan untuk menjadi dollar bahkan mata uang lain yang ada di planet ini.
1. Dengan sedikit editing sederhana file photo yang selama ini tersimpan rapi bisa dijual secara online. Kenapa? Ada banyak user yang tertarik menjadikan karya sang photographer untuk ilustrasi website mereka. Lakukan searching ke mbah Google, dan ketiklah how to sell photo online atau sell photo online.
2. Membuat sebuah website tentang pengalaman anda sebagai photographer. Atau buatlah website yang memajang foto koleksi anda sesuai temanya. Uang bisa anda dapatkan dengan melakukan monetization or monetisation pada website yang sudah anda buat. Google Adsense adalah pilihan paling popular selain infolinks dan lainnya.
3. Jangan malu untuk membuat YouTube Channel, meskipun anda merasa sudah agak tua untuk menjalankan profesi baru di media sosial. Toh anda banyak di antara anda yang menggunakan WhatsUp, Instagram, Twitter dan sebagainya. Sampai saat ini, YouTube masih menjadi pilihan untuk menambang dollar dari Google Adsense.
4. Kalau anda punya teman atau relasi yang saat ini sedang menikmati sukses di masa pandemi global ini misalnya karena menjual makanan secara online, maka anda bisa bantu mereka untuk membuat "food photography" yang keren, daripada menggunakan smartphone. Katakanlah anda belum pernah memotret makanan secara serius belakangan ini. Kini saatnya anda menawarkan jasa kepada teman-teman anda itu dengan harga bersahabat.
5. Bukan saja makanan yang sedang booming di saat pandemi global ini, masih ada produk lain yang membutuhkan jasa artistik anda sebagai seorang photographer, yang saat ini anda mungkin sedang berfikir bagaimana menambah saldo ATM anda tanpa harus menjual kamera atau mungkin mobil kesayangan anda yang anda dapatkan di masa jaya anda sebagai professional photographer.
Baca artikel terkait:
HOW TO SELL PHOTOS ON THE INTERNET
Comments
Post a Comment